SINJAI, SULAWESI SELATAN — Mengajar Al-Qur'an di sekolah memang bukan perkara mudah, apalagi jika harus berhadapan dengan jumlah siswa yang banyak dan keterbatasan tenaga pendidik yang tersertifikasi. Tantangan inilah yang sempat dialami oleh Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Thoriqul Jannah di Sinjai Utara, Sulawesi Selatan.
Ibu Nurqalbi, Kepala SDIT Thoriqul Jannah, bercerita mengenai kondisi sebelum sekolahnya mengadopsi Metode Ummi.
Bukan hanya soal rasio guru-siswa, kesulitan lain yang menantang adalah upgrading kualitas guru Al-Qur'an dan ketidakjelasan target pembelajaran untuk siswa. Ibarat berlayar tanpa kompas, sekolah merasa belum memiliki sistem yang terstandardisasi untuk mengukur capaian siswanya. Sekolah merasa belum memiliki sistem yang terstandardarisasi untuk mengukur capaian siswanya.
Namun, angin segar mulai berembus sejak SDIT Thoriqul Jannah memutuskan untuk menggunakan Metode Ummi.
“Alhamdulillah dengan Metode Ummi, kami benar-benar diberikan kemudahan. Kami diperkenalkan dengan sistem belajar klasikal, di mana maksimal hanya ada 15 siswa dalam satu kelompok,” jelas Ibu Nurqalbi dengan nada penuh syukur.
Selain pengelompokan yang efektif, hal yang paling krusial adalah sistem pengajaran Ummi yang didukung langkah-langkah efektif serta sistem penjagaan kualitas yang ketat dari Ummi Foundation.
“Kami sangat terbantu dengan sistem sertifikasi guru Al-Qur'an dan supervisi berkala dari Ummi Foundation. Ini yang membuat kualitas guru dan target pembelajaran kami jadi jelas dan terukur, didukung oleh sumber belajar yang memadai,” tegasnya.
Keyakinan pihak sekolah pun semakin kuat. “Kami yakin, Ummi ini adalah metode pembelajaran Al-Qur’an terbaik, mudah penerapannya, dan menyenangkan untuk siswa,” tutup Ibu Nurqalbi. Dampak nyatanya, setiap siswa kini bisa lebih dekat dengan Al-Qur'an dan termotivasi untuk menjaga hafalan mereka.

Perubahan positif ini tak hanya dirasakan oleh kepala sekolah, tapi juga oleh para pengajar yang berhadapan langsung dengan siswa setiap hari.
Ustadzah Hijrayana, salah satu Guru Al-Qur'an di SDIT Thoriqul Jannah, menyampaikan rasa syukurnya. “Alhamdulillah, setelah Ummi diterapkan, baik guru maupun siswa jadi lebih baik lagi dalam bacaan Qur'annya dan juga pada proses pembelajarannya,” ujar Ustadzah Hijrayana. “Syukran katsiran kepada Ummi Foundation dan Korda Ummi Sinjai yang telah menjadi wadah yang sangat dibutuhkan sekolah dalam pengelolaan sistem pembelajaran Al-Qur'an.”
Bahkan, salah satu siswa, Diva Quinara, memberikan kesan yang ceria. Ia mengungkapkan bahwa sesi imtihan (ujian) dan murajaah (mengulang hafalan) bersama teman-teman itu sangat seru.
“Sesuai sama slogannya Ummi: mudah, menyenangkan, menyentuh hati,” kata Diva sambil berharap Ummi Foundation terus menjaga kualitas pembelajarannya.
Dampak Metode Ummi ini ternyata tidak hanya berhenti di gerbang sekolah, tetapi juga terasa hingga ke ruang keluarga.
Dewi Rahayuningsih, salah satu wali murid SDIT Thoriqul Jannah, menceritakan pengalaman uniknya di rumah.
“Pengalaman yang paling saya ingat adalah saat saya sedang tilawah di rumah, tiba-tiba ananda (anak saya) langsung mengkritik bacaan saya,” cerita Ibu Dewi sambil tersenyum bangga.
Menurutnya, ini adalah hal yang sangat positif. Anak-anak tidak hanya bisa mengajarkan adik-adiknya di rumah, tetapi juga menjadi "alarm" bagi orang tua untuk terus memperbaiki bacaan Al-Qur'an mereka.
Kisah SDIT Thoriqul Jannah Sinjai ini menjadi bukti nyata bahwa dengan sistem yang terkelola baik dan dukungan yang memadai, kesulitan dalam mencapai target pembelajaran Al-Qur'an dapat diatasi. Hasilnya adalah kualitas bacaan dan kedekatan siswa dengan Al-Qur'an yang semakin meningkat.